Semakin Belajar, Semakin Tidak Tahu

Pernah mendengar mengenai ilmu padi? Konteks analogi dari alam disekitar kita yang menunjukkan fenomena dimana tumbuhan tersebut akan ‘semakin berisi, semakin merunduk’. Fenomena yang mengajarkan kita dan sering dihubungkan dengan kehidupan kita, terutama dalam usaha kita untuk senantiasa belajar.

Begitulah pepatah yang disampaikan oleh guru-guru kita. Sekedar nasihat lembut kepada kita supaya kemudian dijadikan prinsip. Bahwa, “Bila suatu saat nanti ilmu mu telah bertambah, maka jangan jadikan ilmu tersebut sebagai hal yang membuatmu sombong. Semakin banyak ilmu yang engkau dapatkan, maka berendah hatilah”.

Mengapa berendah hati? Hal itu bukanlah tanpa sebab. Salahsatu yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini adalah: semakin banyak belajar, maka sebenarnya semakin banyak pula kita tidak tahu. Mempelajari hal-hal baru, menuntut kita untuk memahami bahasa-bahasa baru, definisi-definisi baru, dan berbagai macam hal baru yang sebelumnya belum pernah ditemukan dalam pengalaman hidup kita.

Benarkah? Seperti contoh saja, coba saja secara acak kita buka artikel di internet ataupun membaca buku-buku baru. Konten dari artikel ataupun buku-buku tersebut akan menuntut kita untuk mencari dan terus mencari. Contoh lain, bila ada dari kita yang masih berada di bangku SMA dan dia termasuk juara di kelasnya, maka cukup berikan saja dia buku bacaan bagi kalangan yang sudah berada dalam bangku kuliah. Maka, hal baru baginya, menjadikannya menjadi tidak tahu. Dan masih banyak contoh yang lainnya.

Maka, sungguh hal yang tidak benar bagi seseorang kemudian menyombongkan diri dan menyatakan dengan tinggi hati bahwa dia adalah orang yang pintar. Kesombongannya tersebut malah menunjukkan “kebodohannya dan kemalasannya untuk belajar” karena seharusnya mereka yang terus belajar akan merasa bahwa diri mereka senantiasa kurang dalam hal menuntut ilmu. Benar bukan?
Oleh karena itu, tulisan ini mengajak kita semua untuk berpikir bahwa, ilmu di dunia ini begitu luas. Maka bila kemudian kita menyombongkan diri bahwa kita pintar dan meremehkan yang lain, sesungguhnya itu adalah jalan yang menghentikan kita untuk senantiasa belajar.

Makin banyak belajar, makin tidak tahu. Makin tidak tahu, maka semakin kita banyak belajar.

Makin banyak belajar, makin tidak tahu. Makin tidak tahu, maka semakin rendah hati kita untuk terus belajar dimanapun.

Karena sesungguhnya, peran kita menjadi pembelajar tidaklah dibatasi jenjang formal belaka. Semenjak kita lahir hingga kemudian kita sampai pada akhir hayat, itu adalah ‘sekolah’ kita untuk senantiasa belajar.
 
Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah). Ar-Rahman: 33



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembelajaran Terpadu: Connected (Keterhubungan)

Ekosistem dan Komponen-komponennya