Postingan

Semakin Belajar, Semakin Tidak Tahu

Gambar
Pernah mendengar mengenai ilmu padi? Konteks analogi dari alam disekitar kita yang menunjukkan fenomena dimana tumbuhan tersebut akan ‘semakin berisi, semakin merunduk’. Fenomena yang mengajarkan kita dan sering dihubungkan dengan kehidupan kita, terutama dalam usaha kita untuk senantiasa belajar. Begitulah pepatah yang disampaikan oleh guru-guru kita. Sekedar nasihat lembut kepada kita supaya kemudian dijadikan prinsip. Bahwa, “Bila suatu saat nanti ilmu mu telah bertambah, maka jangan jadikan ilmu tersebut sebagai hal yang membuatmu sombong. Semakin banyak ilmu yang engkau dapatkan, maka berendah hatilah”. Mengapa berendah hati? Hal itu bukanlah tanpa sebab. Salahsatu yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini adalah: semakin banyak belajar, maka sebenarnya semakin banyak pula kita tidak tahu. Mempelajari hal-hal baru, menuntut kita untuk memahami bahasa-bahasa baru, definisi-definisi baru, dan berbagai macam hal baru yang sebelumnya belum pernah ditemukan dalam pengalaman

#SemilirMalam 1: Sastra dalam Hujan

Gambar
Selamat datang malam! Selamat malam telah datang! | # SemilirMalam   Semua tahu. Jangan pura-pura tak tahu. Sehingga nanti kita tahu siapa yang benar benar tahu. | # SemilirMalam Rebahlah diri setelah lelah. Dengan semua masalah duniawi. Bagian kini urusan ukhrawi. | # SemilirMalam Bersiul dan bernyanyi. Bersama irama alam dan mentari. Menyambut kembali bersiap datangnya pagi. | # SemilirMalam Sastra ini indah. Beterbangan dalam pikiran. Dan biar hinggap pada dahan, bukan dalam sangkar. | # SemilirMalam Sini mari mendekat. Biar aku bisikkan tentang bahasa Langit. Tentang juga Qalbu. | # SemilirMalam Aku tata setiap mimpi. Dan kusimpan dalam langit. Satu persatu, kupetik saat malam datang. | # SemilirMalam Aku disini, menerawang masa depan. Oh, sudah sejauh mana aku gapai? Biarkan jejak ini tetap bertahan. | # SemilirMalam Apa yg ingin engkau berikan? Untuk diri, keluarga, neg

Menjadi bagian dari Sang Pendulang, Mengapa Tidak?

Gambar
Pernah mendengar mengenai masa usia emas ( golden age ) ? Ya, masa dimana potensi pengembangan kecerdasan seorang manusia berada dalam puncaknya. Masa yang tidak pernah berulang, hanya dalam satu momentum seumur hidup. Juga, menentukan terhadap karakter selanjutnya yang dimiliki oleh seseorang. Momentum itu ada saat anak berada pada masa jenjang pendidikan dasar. Lalu apa pentingnya dan hubungannya dengan title sang pendulang? Sebagai landas awal pembahasan hari ini, semua tentu mengetahui mengenai ‘emas’? Logam mulia yang bertebaran di alam dan selanjutnya didulang sehingga menjadi perhiasan yang sangat berharga. Disepuh, dibakar, dan dibentuk sedemikian rupa sehingga mampu membuatnya elok dipandang. Saking berharganya logam mulia ini, beberapa gram emas saja dilabeli sertifikat. Belum lagi ditempatkan di tempat yang khusus dengan dekorasi yang khusus pula. Dan, tidak semua orang yang berhak untuk mengelolanya. Mengelola emas, menjadikannya lebih berharga dan berdaya ju

Idealisme Pendidik itu: Melihat Anak Didiknya Sukses

Gambar
Teringat beberapa tahun lalu ketika SMA. Ketika itu, ada pengisian form untuk mendapatkan beasiswa kuliah di ITB. Sudah barang tentu, namanya ITB, berkaitan dengan bidang teknik. Mungkin karena memang panggilan dan saya sendiri yang memang ‘kuulen’, saat mengisi salah satu pertanyaan, “setelah lulus, ilmu Anda mau dikemanakan?”, saat itu saya malah menjawab, “Akan diajarkan di kampung saya.”. Sepintas seperti hal yang biasa. Tapi mungkin itu menjadi salahsatu faktor mengapa kemudian saya tidak lolos beasiswa ke ITB. Masa’, kuliah ke teknik, tapi pengabdian menjadi guru. Alhasil dari pengalaman tersebut, saya melihat bahwa mendidik sudah menjadi passion bagi saya yang membuat saya tenang dan nyaman. Well, kembali ke dalam bahasan pokok, saya berpikir bahwa idealisme seorang pendidik itu adalah melihat anak didiknya sukses. Benar ‘kan? Ada perasaan yang berbeda ketika seorang anak yang dibesarkan melalui didikan kita berhasil dan sukses. Sepertinya, berapapun penghargaan y

ODONG-ODONG, KONSERVASI TERAKHIR LAGU ANAK-ANAK

Gambar
Bonus demografi menjadi isu terhangat hari ini. Peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) dari Universitas Gadjah Mada –Dr. Sukamdi, M.Sc- menyatakan bahwa pada tahun 2020 Indonesia mengalami fase dimana 2/3 dari seluruh jumlah penduduk berada dalam masa usia produktif. Menyambut hal itu, diperlukan suatu upaya yang serius sehingga fenomena demografi ini dapat menjadi berkah, bukan musibah. Salah satu aspek terpenting yang menjadi parameter kesiapan Indonesia menyambut fenomena ini adalah pendidikan. Generasi muda yang dalam beberapa tahun ke depan akan beranjak menjadi bagian dalam barisan fenomena demografi ini perlu disiapkan dengan baik. Solusi yang diberikan bukan hanya berfokus kepada standar hasil dimana “anak lulus dengan nilai tes yang baik”, akan tetapi pula bagaimana “fase anak berkembang sesuai dengan usianya”. Tanggungjawab mendidik anak tidak bisa dilimpahkan kepada salah satu pihak saja –semisal sekolah-, namun perlu menjadi tanggungjawab bersama anta

Prinsip, Suatu Penyeimbang dalam Kehidupan

Gambar
"Apa prinsip hidup yang bapak pegang ?" "Prinsip hidup Bapak yang terpenting adalah bersikap jujur dalam segala hal dan disiplin.." Itulah pertanyaan yang saya lontarkan serta jawaban yang diberikan ketika sedang berbincang sore bersama Pak Profesor dan Pak Kaprodi. Memang menjadi daya tarik tersendiri mengenai perbincangan ini, belajar dari orang-orang sukses yang lahir lebih dulu dan berpengalaman terhadap permasalahan yang dihadapinya. "Lebih baik menolong orang lain, daripada kita menunggu untuk menerima.." suatu nasihat kembali saya dapatkan dari Pak Kaprodi mengenai prinsip hidup yang dipegang untuk dijalankan. Berbicara mengenai prinsip, sudah kah kita memilikinya ? :) Prinsip adalah sesuatu yang kita yakini kebenarannya dan teguh untuk kita jaga. Berbicara apakah benar atau salah, tentu itu menjadi hal yang fleksibel, kembali kepada bagaimana pengalaman serta pandangan seseorang terhadap sesuatu. Akan tetapi yang perlu diperhatikan adala

Dua Piring Nasi Goreng di Pukul 23.00

Dalam kehidupan, kesibukan merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Bertindak dengan berbagai peran membuat waktu selalu optimal untuk digunakan. Bagaimanapun latarbelakang-nya, waktu selalu memiliki alasan untuk dimanfaatkan. Perlahan, ubahlah mindset bahwa “waktu untuk dihabiskan” menjadi “waktu untuk dimanfaatkan..”, seperti Nasi Goreng. Menikmati Nasi Goreng malam ini bersama Tantan Gustira memberikan sedikit inspirasi untuk menuliskan artikel ini. Hehe. Ya, seperti biasa, kita akan berbicara mengenai kehidupan. Dan benar sekali bahwa artikel ini bukanlah artikel mengenai prosedur memasak Nasi Goreng. ^^ Melihat Nasi Goreng, saya melihat bagaimana proses kehidupan terjadi. Ketika semua masalah menjadi nikmat karena menjadi satu. Dua hal yang dapat menjadi hikmah bagi kita semua: Nasi yang sudah dinanak kemudian tetap digoreng kembali. Untuk menjadi “sesuatu” yang “nikmat” tidak hanya memerlukan proses sekali. Terkadang perlu proses berlebih dengan teknik yang berbeda